Yƍkoso min'na....!!!!! \(n_n)/

I'm honored for your visitation to this ordinary blog of an ordinary man.

Any story in this site expresses to you all about my thoughts, how I see this mother earth, how I amazed by peoples, love, and anything inside it.

How I appreciate everyone of you, to be part of my great world, my great life, and my great dreams.

Friday, June 26, 2009

Prolog untuk Menjadi Peduli

YANG DIBUTUHKAN NEGARA SEKARANG ADALAH, KITA YANG LEBIH BAIK...
(Semacam Prolog bagi yang mau peduli dengan Bangsa-nya)

Kata subjek yang saya gunakan pada bait akhir dari kalimat judul di atas, hanya ditujukan bagi Anda yang mengerti benar nilai-nilai idealisme dan kebanggan atas perjuangan serta pengabdian tulus untuk bangsa ini, bukan untuk pribadi-pribadi yang hanya berpura-pura peduli, pura-pura berjuang dan melakukan sesuatu yang dia sebut-sebut sebagai pengabdian terhadap Negara, padahal sebaliknya, hanya demi kepentingan pribadi yang memang gampang sekali disebut-sebut sebagai perjuangan untuk Bangsa. Karena segala sesuatu yang dilakukan seseorang, alasannya sangat mudah dimanipulasi. Tidak ada manusia apatis yang layak membaca apalagi menilai tulisan ini.


Tulisan ini, jelas-jelas SARKASME!!! Ya, sarkasme, sebuah sindiran tajam! Sindiran tajam atas segala yang membuat muslimin ini marah bukan main! Silahkan buktikan sendiri! Baca terus sampai tuntas! Karena banyak sekali yang ingin saya sindir melalui tulisan ini. Tapi ini bukan suatu vandalisme kawan! Sekali lagi, bukan! Saya muslim, dan muslim mencintai estetika! Hanya saja, terkadang, sarkasme seringkali terpaksa menggunakan sesuatu yang melangkahi estetika. Karena, Saya jelas-jelas tidak sudi menggunakan kata-kata manis-menyanjung untuk menggambarkan seberapa bencinya saya atas tindakan-tindakan manusia yang menyakiti bangsa dan rakyat! Dulu saya skeptis, ragu-ragu untuk menulis apa yang ada dalam benak saya, hanya saja, segala sesuatunya harus dimulai! Bagi Saya, Hari ini! Entah kapan Anda juga memulainya...

Mari dinginkan kembali kepala, memang tidak sepantasnya mengumbar-ngumbar sesuatu yang belum jelas. Untuk itu, mari kita mulai masuk ke permasalahan.

Setidaknya akan memerlukan ribuan bab yang ditulis pada puluhan buku tebal dan terpisah untuk menggambarkan keadaan Negara Indonesia dulu, sekarang dan yang akan datang secara representatif. Hanya saja, saya akan mencoba mengutarakan salah satu (dari sekian banyak) gambaran sederhana tentang Tanah Air Indonesia (versi Muhammad A. Renaldi) yang mungkin akan cukup rasional dan layak untuk dijadikan salah satu bahan pemikiran kita semua, para generasi penerus bangsa, untuk dijadikan referensi dalam menilai, seberapa perlunya Bangsa ini untuk kita (Saya, Anda dan Mereka) sama-sama perjuangkan untuk kembali menjadikannya Bangsa dengan supremasi di berbagai aspek kehidupan secara Nasional maupun Internasional tanpa cela!
Negara ini harusnya mustahil untuk Malaysia berani olok-olok dengan “melenggangkan” kapal-kapal perang mereka di teritorial perairan lautnya, Negara yang tidak dengan gampangnya menyerahkan kekayaan alamnya pada korporasi-korporasi asing dengan birokrasi penuh kecacatan dan hanya menyisakan persentase “mikro” dari kekayaan tersebut untuk dijadikan modal mensejahterakan rakyatnya sendiri, Negara yang tidak lagi terlilit hutang luar negeri, Negara yang harusnya bisa mensejahterakan Rakyatnya!!! Indonesia, harusnya bukan negara yang gampang sekali berhutang kepada pihak asing! Kita lebih kaya! Kenapa Hutang terus ditumpuk-tumpuk macam beras bulog invalid dan tak layak konsumsi lagi?!
Melalui tulisan kali ini, akan ada dua hal besar yang akan saya soroti untuk menyampaikan hal-hal ironis tentang Negara ini, dari perspektif yang mungkin tumpang tindih, hanya saja penuh dengan fakta-fakta yang tengah terjadi di Masyarakat dan Bangsa. Hal terlalu memprihatinkan tentang Bangsa ini, dan sungguh ironis untuk terus terjadi, tentang Indonesia yang terus terpuruk kondisinya, padahal Tanahnya dianugerahi modal dasar berlimpah berupa Kekayaan Alam yang menakjubkan! Juga tentang tindak Pidana Korupsi yang sangat “menggiurkan” untuk tetap dilakukan oleh semua pihak, karena kelunakan hukuman yang berlaku atas kejahatan sosial tersebut di Negara Indonesia, secra fundamental, sangat tidak membuat koruptor jera “lahir-batin”!


GEMAH RIPAH LOH JINAWI YANG TAK LAYAK LAGI DISEBUT-SEBUT

Maaf atas pernyataan ini bagi siapapun yang mendeklarasikannya, hanya saja, sebelum menganggap saya sebagai provokator sinting, perlu anda semua ketahui bahwa ungkapan “Gemah Ripah Loh Jinawi” merupakan ungkapan Jawa yang makna singkatnya adalah Subur Makmur. Faktanya, Kesuburan tanah Negeri ini sudah lama terdegradasi akibat pembukaan lahan untuk bermacam-macam kepentingan borjuis, pertambangan maupun pengalih-fungsian lahan sebagai media tanam (contoh konkritnya, lahan perkebunan tebu yang dirubah menjadi lahan untuk perkebunan sawit, Sawit lebih “rakus” menyerap unsur hara tanah dibandingkan tanaman agro-industri lainnya), yang mempercepat kerusakan lahan tanam. Ungkapan subur jelas mulai Nonsense.
Pemanfaatan kekayaan alam di bumi Indonesia mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Korporasi-korporasi yang bekerjasama dengan pemerintah, maupun pemerintah sendiri, meraup seluruh isi perut bumi “atas, bawah, kiri dan kanan” layaknya Banteng yang gelap mata karena diejek oleh matador dengan kain butut (kedua belah pihak, pemerintah maupun korporasi, bisa saling bertukar posisi, terkadang bisa menjadi Banteng kadang bisa menjadi Matador, kadang juga ada yang menjadi Banteng dan Matador sekaligus). Memang persoalan kepentingan perut dan kekuasaan seringkali diluar bifurkasi otak standar milik penulis.


PENYAKIT YANG MEMBUAT NEGARA INI TERUS TERPURUK ITU ADALAH? PEJABAT KORUP DAN BUTA HATI

Apabila anda setuju dengan kalimat di atas, mari kita sama-sama bertanya: Akankah terus akan ada makhluk yang menjadi pejabat dengan kecacatan tersebut...? Semoga saja, tidak ada lagi di tahun-tahun mendatang. Karena, quo vadis?! Mau dibawa kemana Negara ini?! Jika mereka yang cacat-cacat selalu saja berhasil lolos seleksi dan menjadi wakil kita, rakyat!
Mungkin sebagian dari anda ada yang mengetahui peristiwa bunuh diri Mantan Presiden Korea Selatan, tak perlu saya sebut namanya, yang malu karena disebut-sebut telah melakukan tindakan Korupsi berupa penerimaan suap. Baru suap, Bung! Bukan makan duit rakyat!!! Sudah perih sekali hati beliau akibat malu! Bunuh diri lah dia akhirnya. Ironis sekaligus patut direnungkan.
“ Dari Seoul, BBC melaporkan, bulan lalu, Presiden Korsel ini, yang menjabat presiden antara 2003 dan 2008, meminta maaf atas tuduhan bahwa dia telah menerima suap lebih dari USD 6 juta (setara Rp61,5miliar) dari seorang pengusaha saat menjabat”.
Bayangkan seandainya para koruptor Indonesia mau melakukan hal yang sama (bunuh diri) saat diketahui dan terbukti melakukan korupsi, terserah atas alasan apa, entah itu karena malu (dan mereka memang sepantasnya untuk malu), atau entah itu karena stress akut, malas dan takut masuk penjara, atau mungkin karena tidak mau membayar denda hukuman yang jumlahnya (anehnya) tidak seberapa dibandingkan kerugian yang ditanggung Negara dan Rakyat atas “TIPIKOR” yang mereka lakukan.
Tidaklah perlu terlalu sadar-sadar diri seperti Pak Mantan Presiden Korsel, jika Anda melakukan Korupsi dan ketahuan, cukup dengan bersedia dihukum mati saja, tanpa perlu sewa-sewa pengacara parlente yang mahal-mahal, sudah “seribu rangkaian bunga” yang akan saya kirimkan secara pribadi (tentang ongkos beli dan kirimnya nanti, biar saya yang pikirkan), ataupun aksi turun ke jalan meminta sumbangan untuk tujuan “penghormatan” tersebut. Mungkin akan banyak yang datang ke pemakaman koruptor tahu diri ini nantinya. Alangkah indahnya Negeri ini seandainya alasan bunuh diri bukanlah masalah sepele seperti putus cinta atau tidak lulus ujian sekolah, melainkan karena perasaan malu telah menyakiti rakyat. Itu kulminasi paling rasional jika kebutaan hati memang tidak terjadi pada si Koruptor.
Hukuman Mati bagi koruptor atau hukuman Potong tangan untuk Mereka (karena termasuk tindakan pencurian), bagi saya, merupakan ancaman termanjur bagi penyakit pejabat yang satu ini! Ironisnya, banyak sekali perdebatan untuk mengesahkan hukuman “spektakuler” ini, hingga akhirnya hukuman yang disahkan para negarawan terlalu lunak, berupa hukuman penjara dan denda barang “seribu-dua ribu rupiah”. Plus “bonus” seragam istimewa, bertuliskan KORUPTOR yang di-design khusus oleh KPK, untuk para koruptor kenakan selama menjalani proses tahanan. Efek yang menurut saya quasi, semu! Biaya sablon (atau mungkin bordir, saya belum pernah kenakan, amit-amit!) akan lebih baik jika dibelikan Arsenik barang semiligram! Efektif bukan?!
Saya punya usul, karena koruptor paling suka dan ahli sekali dalam urusan malversasi atau penggelapan, entah penggelapan itu uang rakyat, dana alokasi proyek, dana pembelian “perkakas” (armada perang, paling sering) Negara, dana non budgeter, “dan lain-lain”. Maka, selama proses penahanan (usul utama saya tetap, HUKUMAN MATI, Habis Perkara!), sebelum dihukum mati, “simpan” mereka di dalam sel yang sama sekali tidak ada bohlam-nya! Toh hati mereka sudah buta, sudah biasa gelap-gelapan. Negara bisa menghemat listrik, dana untuk bayar listrik ruang tahanan koruptor itu nantinya, bisa dialokasikan untuk beli amunisi, racun tikus (rasional dengan Koruptor yang sering di analogikan sebagai Tikus), atau lebih tepat lagi, untuk bayar biaya tagihan satu kali pemakaian kursi listrik. Ahaaaa!!!! Lagi-lagi usul brilian! Belum lagi biaya sewa pengacara! Bah...!!! Bisa dialihkan untuk bikin kuburan bintang lima ituuu!!!
Sering sekali orang beranggapan, kata-kata sejenis “dan lain-lain” (silahkan pandang sejenak kata bertanda kutip pada paragaraf di atas), merupakan gambaran bahwa si penulis tidak lagi punya kata-kata untuk dituliskan. Saya perlu sampaikan disini, pendapat tersebut tidak selalu benar. Seandainya tidak saya putus dengan keterangan “dan lain-lain”, Anda akan terpaksa meluangkan waktu kurang lebih 15 menit, untuk membaca apa-apa saja (sepengetahuan saya) yang pernah “digelapkan” di Negara ini, bahkan ongkos naik haji (ONH) yang dibayarkan rakyat untuk menghadap Tuhan pun, jadi sasaran melversasi. Hasilnya, banyak yang naik haji sambil merasakan jadi infanteri perang, tidur di matras, makan ransum invalid! Untung Arab Saudi jauh dari area konflik, jika tidak, mungkin jamaah haji yang muda-muda dan orang tua yang masih kuat-kuat, diberi bekal senjata!
Sebenarnya, saya sudah sangat bahagia karena hukuman yang berlaku di Indonesia untuk para terpidana kasus perdagangan Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang adalah hukuman Mati! (meskipun untuk kasus-kasus dengan spesifikasi tertentu, seperti misalnya hanya bagi para pengedar kelas kakap, dan pemilik-pemilik pabrik “barang haram” saja terkadang hukuman ini diberikan). Alangkah sempurnanya hukuman itu, mengingat, tidak terbayangkan seberapa besar kerusakan yang telah terjadi akibat barang-barang haram yang beredar di berbagai kalangan tersebut! Sekarang, pertanyannya adalah... Tidakkah tindak pidana Korupsi memberikan efek yang sama dengan peredaran Obat-Obatan terlarang tersebut?! Bahkan mungkin lebih besar!
Berapa juta rakyat Indonesia yang hidupnya menderita akibat Korupsi yang merajalela?! Alokasi dana yang dianggarkan untuk mensejahterakan mereka, hilang dengan persentase “menakjubkan” akibat ulah para koruptor?! Pinjaman kredit usaha mikro yang menyulitkan konsumen, hingga akhirnya mereka terpaksa “gulung tikar” dan membiarkan (dengan terpaksa) anak mereka untuk ikut mencari nafkah, alih-alih bersekolah. Kasus-kasus gizi buruk yang berusaha di tutup-tutupi oleh pemerintah (daerah maupun nasional), pelayanan kesehatan yang serba “merepotkan dan membebani” rakyat miskin, ketidaksejahteraan rakayat dari sandang, papan dan pangan! Serta ribuan permasalahan lain yang akar permasalahan utamanya berasal dari “tradisi” korupsi para oknum wakil dan pemimpin rakyat! Tak tergambarkan dengan kata-kata kiranya negara dan rakyat Indonesia tersakiti dan dirugikan oleh ulah mereka.
Koruptor, Hukum Mati! TITIK!
Habis Perkara!
Hukuman seperti itu, jika sudah diberlakukan, dahsyat dan luar biasa sekali jika masih saja ada yang berani coba-coba “makan duit rakyat”. Sayangnya, sungguh sangat disayangkan... Hukum di Negara ini terlalu Absurd! Terlalu mudah di kongkalikong-kan! Pantas saja pengacara disebut-sebut kaki kanan dan kirinya ada yang disurga, ada yang di neraka. Untuk pengacara pembela koruptor yang jelas-jelas bersalah, harusnya biar sekalian di Neraka saja satu paket penuh (jiwa dan raganya).
Sedikit saja ada manusia jujur di Indonesia dan berhasil membuat banyak orang melek akan kebenaran, maka tunggulah kabar kematiannya di Televisi. Entah diracun, ditembak, di-bom, diculik, semua yang sadis-sadis... (Saya menulis ini, karena melihat foto pejuang kejujuran, Munir, pada buku di bawah dagu saya). Saat diusut oleh pihak penyidik (penyidik yang tidak korup), muncul nama-nama negarawan naif sebagai base programmer perkara kriminal tersebut, yang merasa terancam oleh si korban. Korupsi adalah hal paling sensitif untuk diungkit-ungkit di negeri ini, sekian persen dari uang yang berhasil dikorupsi, sudah disiapkan untuk membungkam pihak-pihak yang nanti mungkin akan berkoar-koar! Prospek bisnis pembunuh bayaran yang cukup menjanjikan, sebentar lagi akan membuat kaum penjagal dari berbagai negara hijrah ke Indonesia. Aaaaha...!!! Seandainya profesi ini dilegalkan, buatkan NPWP-nya. Devisa prospektif!
Menakjubkan sekali bagaimana pembahasan tentang Korupsi dan pelakunya ini membuat saya mencoba terus tersenyum, pahit, sambil menekan persegi-persegi kecil di ujung jari ini, karena kalau tidak, akan membuat keyboard butut yang sungguh sangat berharga ini merajuk. Tidak perlu di sunting, di filter kata-katanya atau dipisahkan ke bagian lain, karena seluruhnya memang ada dalam satu garis benang penghubung. Negara ini terlalu kaya rupanya, sampai-sampai negarawan-negarawan asusila tidak lagi melihat ke bawah, jadi koruptor sampai perutnya hampir meletup dan berfilosofi, “Dikorupsi berapapun, negara ini tak bakalan bangkrut.”
Saya berpikir, dan merenung.... Seandainya kaum proletar sudah tidak sudi lagi berkompromi, muak dengan keadaan mereka yang serba kesusahan dan serba dibikin susah, maka riot akan meletus! Kekacauan akan membuat penguasa kembali pucat pasi ketakutan diamuk rakyat! Rakyat yang lelah, rakyat yang bahu membahu menjadi oposant! Menentang untuk terus dibodoh-bodohi pemerintah dan penguasa. Hanya saja, rakyat yang kelaparan sebenar-benarnya, tidak sebanyak itu. Meskipun banyak, mereka terpisah-pisah. Tidak ada yang membuat mereka bersatu, mereka tidak mungkin membuat Jakarta macet saat berontak, beraksi di daerah masing-masing pun akan cukup sia-sia, karena ngamuk di daerah masing-masing tidak cukup bonafit, tidak ada pemerintah yang ambil pusing. Hasilnya nol besar! Mungkin saat dikumpulkan ke Jakarta-pun, mereka akan terhipnotis oleh bangunan-bangunan megah di Ibukota (yang turut dibangun oleh uang-uang milik rakyat), pangling, hingga akhirnya lupa akan tujuan mereka berkumpul dan dikumpulkan.
Kalian ingat, teman, saat gedung MPR, yang memang mudah dipanjat dan atapnya nyaman diduduki itu, benar-benar dipanjat dan diduduki oleh rakyat?! Haa...!!! Bagaimana kalang kabut-nya penguasa dibuatnya. Saat itu perut demonstran masih kenyang. Kenyang nasi, nasi sebenar-benarnya, meskipun mungkin hanya beras bulog yang invalid tadi. Sekarang bayangkan, demonstran adalah rakyat yang kelaparan baik lapar harfiah maupun lapar kiasan, lapar nasi, lapar lauk, lapar keadilan dan kesejahteraan, serta lapar-lapar lain! Bayangkan teman...!!!
Kekuatan kebencian dan kemarahan yang dipicu rasa lapar yang 999 macam tadi, bisa membuat pemerintah runyam! Das sein, itulah yang ada di pikiran saya. Saat itu, rakyat meminta atribusi, hak mereka yang selama ini terdiskreditkan oleh nafsu oknum-oknum antagonis di negara ini, yang wajahnya manis-manis dan terlihat tak berdosa. Tidak ada lagi aristrokasi, jika para ningrat itu tidak sepenuhnya memperjuangkan Rakyat! Jika itu tetap terjadi, maka lebih baik Anarki! Bayangkan bagaimana hancurnya Bangsa ini saat Rakyat tidak lagi percaya dengan pemerintah.
Sekarang, apa kira-kira yang dapat kita lakukan untuk bisa membuat niat para pemimpin tetap “lurus”?! Memperjuangkan nasib Rakyat. Berusaha sebaik-baiknya untuk kepentingan Rakyat dan Bangsa ini. Mamakmurkan Rakyat. Mensejahterakan Manusia Indonesia. Mengembalikan Harga Diri Bangsa. Tanggung jawab yang harusnya mereka laksanakan dengan setinggi-tingginya pengabdian!!! Apa...??!!!!
Sekecil-kecilnya yang dapat kita lakukan, sahabatku... Adalah kepedulian!
Jadi, mulailah untuk peduli dari sekarang. Bisa makan tiga kali sehari, berpakaian sangat pantas, memiliki kendaraan pribadi, berpenghasilan cukup bahkan berlebih, bersekolah, berbelanja sepuasnya, bisa menikmati hiburan-hiburan mewah, tidak pernah lelah untuk mencari uang, selalu tersenyum karena memiliki segalanya yang sifatnya duniawi, dan banyak lagi hal-hal yang membuat Anda tidak perlu repot-repot memikirkan nasib orang-orang yang kurang beruntung.... Semuanya itu, tanpa terkecuali, setidaknya cukup membuat Anda menyadari bahwa hidup Anda bisa memberikan “kehidupan” bagi orang lain.
Tidak perlu banyak pertimbangan untuk tujuan mulia itu, ingatlah, hal-hal kecil bisa memberikan kontribusi bagi perbaikan atas apapun! Hanya saja, jika Anda mampu memberikan sesuatu yang lebih besar diantara hal-hal kecil itu, kenapa tidak?!! Hidup ini terlalu singkat, dan jika digunakan hanya untuk mempertimbangkan sesuatu yang tidak perlu dipertimbangkan, karena memang hal itu sederhana sekali, maka untuk apa keraguan itu terus dibiarkan berkecamuk dan menghalangi tindakan Anda?! Sedangkan sementara itu, permasalahan semakin berkembang....... Saudaraku.

Kontribusi sekecil apapun termasuk sebagai tindakan peduli terhadap nasib Bangsa! Selama itu tulus. Bukankah hidup akan lebih indah, jika kita bisa melihat senyum dari hati yang bahagia.
Kebahagiaan itu, bagaimanapun juga wujudnya, berasal dari kehidupan yang sejahtera.
Kesejahteraan hanya muncul dari sikap solidaritas antar manusia, sehingga manusia-manusia lain bisa merasakan keindahan dan kebahagiaan yang tidak ternilai.

Bangsa ini bisa bangkit dari keterpurukan, jika seluruh warga negaranya memiliki sikap terpuji, solider, peduli, serta meiliki tingkat keimanan yang tidak mudah digoyahkan oleh godaan-godaan yang sebesar apapun. Serta rasa bangga berbangsa Indonesia!

Pemimpin Bangsa dan pemimpin Rakyat ini... Haruslah manusia yang penuh dengan kemapanan sikap kepemimpinan, intelektualitas yang mumpuni, kepandaian lahir batin dari berbagai aspek keilmuan dan bidang, kepekaan hati dan nurani serta memilih, memiliki dan memutuskan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk membangun bangsa serta mensejahterakan rakyat! Terlebih lagi ketaqwaan dan keimanannya kepada Allah, pemilik dan penguasa sekalian alam.

HIDUP INDONESIA.....!!!!

No comments:

Post a Comment