Yƍkoso min'na....!!!!! \(n_n)/

I'm honored for your visitation to this ordinary blog of an ordinary man.

Any story in this site expresses to you all about my thoughts, how I see this mother earth, how I amazed by peoples, love, and anything inside it.

How I appreciate everyone of you, to be part of my great world, my great life, and my great dreams.

Wednesday, April 28, 2010

We have to Be Care!

Yang jelas, saya sudah menjanjikan ini kepada banyak orang dan satu hal yang lebih mendorong saya untuk bisa menyelesaikan ini dengan baik adalah keyakinan bahwa jika tulisan ini berhasil, setidaknya akan ada perubahan ke arah perbaikan atas kesejahteraan orang lain serta perubahan sikap banyak teman-teman saya di kampus tentang hal yang mungkin mulanya mereka anggap omong kosong.

Saya tentu saja harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata untuk yang satu ini, tetapi sebelum ini terlalu jauh, saya harus meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada siapapun yang mungkin tidak sependapat atau mengacuhkan tulisan ini dan mungkin juga akan mengabaikan suatu ajakan yang tertulis di dalamnya. Satu hal yang perlu anda semua ketahui, tidak ada satupun usaha untuk membohongi Anda dan jika saya katakan bahwa semua yang tertulis disini fakta, sebaiknya Anda tidak ber-argumen terlalu jauh untuk mematahkannya.

Baiklah… Saya harap pendahuluan tadi, cukup dapat menggambarkan tentang seserius apa tulisan ini dan mari kita lihat, sejauh apa tulisan ini akan menyadarkan Anda, meskipun saya tidak yakin bahwa banyak dari Anda yang benar-benar tidak menyadari hal ini. (Bahkan sampai titik ini, saya belum yakin harus memulainya dari mana).

Anggap saja, tidak “to the point”-nya saya lebih karena saya sengaja membuat Anda bertanya-tanya, apa sebenarnya yang ingin disampaikan tulisan konyol yang satu ini?!. Jika Anda sudah mulai tidak sabar, artinya saya berhasil atas satu hal, dan mungkin gagal dalam hal lain. Tapi setidaknya, jika Anda mendapati bahwa tulisan ini benar-benar sampah, intisari dan pesan terpenting di dalamnya akan lebih lama tersangkut di dalam kepala Anda semua.

Sekarang kita mulai, saya harap ini bisa menghasilkan sesuatu…

Kebanyakan orang di dunia, akan merasa sangat tidak nyaman jika mereka tidak mampu membalas jasa yang telah diberikan seseorang kepada mereka. Saya yakin (dan berharap) Anda semua sependapat dengan hal ini. Saya akan berikan contoh dari pengalaman pribadi saya. Sekitar akhir bulan Juni lalu, saya berangkat keluar Kalimantan untuk tugas Organisasi, dan saya terpaksa tidak bisa segera kembali ke kota asal karena ada beberapa hal yang memaksa saya tinggal lebih lama di sana, dan beruntung saat itu saya memiliki kenalan baru yang ternyata kemudian memberikan jasa tak terlupakan kepada saya. Jasa itu hanya bisa dibalas jika Kampus saya menjadi Tuan Rumah kegiatan Organisasi tersebut dan saya bisa membuat teman baru saya tadi mengalami keramahan yang saya bisa berikan di kampung halaman saya.

Jasa yang tidak bisa kita balas, akan cukup membuat seberkas guratan kepedihan di hati kita. Terlebih lagi jika kita tahu betul bahwa dia (yang telah berjasa pada kita) adalah orang yang memerlukan balasan atas jasa tersebut, meskipun tentu saja lebih banyak dari mereka lebih memilih untuk tidak memintanya secara langsung. Namun, kita tentu bisa mendapati beberapa pemberi jasa yang mengharapkan jasa mereka dihargai dengan beberapa cara halus. Beruntung sekali, kita tidak perlu mencari contoh yang jauh-jauh, karena kita bertemu dan menggunakan jasa mereka hampir setiap hari di Kampus kita tercinta. Benar sekali… Saya membicarakan tentang “Amank-Amank” penjaga kampus kita yang sekaligus juga menjadi juru parkir kampus.

Saya yakin Anda semua tahu betul bahwa mereka tidak mendapatkan gaji yang cukup banyak dari pekerjaan utama mereka dengan status sebagai tenaga penjaga kampus non-karyawan, UMR tentu jauh dari mereka. Mungkin upah kerja yang mereka terima dari Fakultas, menurut hitung-hitungan akuntan ahli dan bersertifikat, sudah merupakan upah yang selayaknya mereka terima. Saya tentu tidak akan menuliskan nominal gaji yang mereka terima, tapi yang jelas, uang bulanan kebanyakan dari kalian yang kalian terima dari orang tua, lebih besar. Bagi seseorang yang telah berkeluarga, jumlah yang mereka terima setiap bulannya dari apa yang mereka kerjakan di Kampus kita, tentu saja tidak cukup baik untuk membuat mereka bisa merencanakan kehidupan yang mapan. Saya berharap, saya tidak perlu menggambarkan lebih jauh lagi tentang kehidupan mereka, agar Anda semua mengerti tentang pentingnya jasa mereka untuk kita balas.

Pihak Fakultas, memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan yang mungkin akan mencukupi kebutuhan hidup mereka, yaitu dengan menyerahkan lahan parkir kampus untuk mereka tangani. Kebijakan ini sungguh brilian, pihak Fakultas tentu beranggapan bahwa, dengan begitu para Penjaga Kampus bisa lebih terbantu dari segi pendapatan diluar gaji bulanan.

Pertanyaannya sekarang adalah… Benarkah mereka memang benar-benar mendapatkan cukup uang tambahan dari jasa mereka sebagai juru parkir? Atau sebaliknya, mereka justru hanya mendapatkan media pengurasan waktu dan tenaga tanpa menghasilkan uang tambahan?
Kita lah yang paling bertanggung jawab jika ternyata, mereka tidak mendapatkan apapun atas tenaga yang mereka keluarkan sebagai juru parkir kampus kita.

Saya mohon, renungkanlah tentang seberapa pantas kita membalas jasa mereka terhadap kita.
Saya tidak meminta Anda semua untuk selalu merogoh kocek dan mengelurkan uang Rp 1.000 setiap harinya untuk biaya parkir motor Anda di kampus (Tapi jika Anda mampu dan tidak masalah dengan hal itu, kenapa tidak?). Kalian semua tentu bisa menimbang-nimbang, dan kalian bisa menyesuaikannya dengan uang saku yang kalian miliki.
Kita tidak akan jatuh miskin hanya karena mengeluarkan sedikit uang yang memang sudah sepantasnya kita keluarkan.

Saya akan coba gambarkan pertimbangan logis tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah ini… Saya punya contoh konkritnya.
“Anda semua tentu pernah dan mungkin sering memarkir motor di lokasi-lokasi yang ada juru parkirnya, terutama di daerah ruko-ruko di sepanjang Jalan A. Yani km.35-40 (our big neighborhood, eh?!). Kalian memarkir di lokasi A, hanya 5 menit, bahkan si juru parkir tidak melakukan apapun dengan motor Anda, dia tidak perlu menggesernya se-inchi-pun, tidak menutupinya dengan kardus untuk menghindari panas, tidak membantu anda saat anda meninggalkan area parkir, tidak ini, tidak itu… Dan uang Rp 1.000 wajib anda keluarkan. Apakah itu cukup adil bagi Anda?”
Tentu banyak yang berkata tidak… Tapi itu sering Anda alami bukan?!
Sekarang bandingkan dengan apa yang dilakukan Amank parkir di kampus kita? Kalian yang tergesa-gesa datang ke kampus karena terlambat masuk kuliah, dan memarkir motor atau mobil kalian di lokasi parkir dan mengacaukan segala kerapiannya, teronggok menantang terik matahari, yang mampu memuaikan bodi plastik dan memudarkan cat motor atau mobil kalian. Detik demi detik perkuliahan kalian lalui dengan mengkhawatirkan motor kalian yang mungkin akan meleleh beberapa saat lagi diluar sana, dan ternyata saat kalian selesai kuliah, kalian mendapati motor kalian sudah disusun dengan rapi di tempat teduh atau ditutupi dengan kardus pelindung. Bukankah itu merupakan jasa dan kalian patut memberikan imbalan kepada orang yang memberikan jasa tersebut.
Saya tidak akan memberikan patokan berapa nilai yang patut kalian berikan atas jasa yang kalian terima dari mereka, Anda semua jelas mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan berapa nominal yang logis diberikan atas jasa mereka terhadap anda. Jika Anda merasa hari ini tidak ada yang dilakukan Amank parkir atas motor anda, anda tidak selalu perlu membayarnya, tapi jika besok jasa itu kembali diberikan, bukankah itu berarti kita perlu membalasnya?!
Saudaraku, uang yang kita keluarkan untuk membalas jasa mereka, tidak akan membuat kita semua tidak mampu membeli makan untuk seminggu, bukan?! Jangan latih hati kita untuk menjadi sekeras batu dan tidak memikirkan nasib orang-orang yang telah berjasa pada kita, terlebih saat kita tahu pasti bahwa mereka membutuhkannya.
Sekian.
Renungkanlah...


Ruang Tengah Rumahku
Minggu, 18 Oktober 2009

@ 4.22 am

No comments:

Post a Comment