Yōkoso min'na....!!!!! \(n_n)/

I'm honored for your visitation to this ordinary blog of an ordinary man.

Any story in this site expresses to you all about my thoughts, how I see this mother earth, how I amazed by peoples, love, and anything inside it.

How I appreciate everyone of you, to be part of my great world, my great life, and my great dreams.

Wednesday, April 28, 2010

KAMPUSKU, RUMAH YANG BERISI KELUARGA BARUKU

Mungkin, karena sudah lama sekali tidak meng’goal’kan niat untuk kembali menulis hal-hal sederhana, (dan terbebani kenyataan bahwa terkadang saya suka ‘panas dingin’ kalau inspirasi menulis datang, tetapi tidak cukup semangat untuk benar-benar menuliskannya, macam orang mau ‘nangis bombay’, tapi malu, karena dikiri-kanan banyak orang <(n.n’)).
Toh...Akhirnya kesampaian juga. Sekarang tinggal berdoa saja, mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Sebenarnya ada beberapa hal yang saya coba wacanakan melalui tulisan kali ini, hanya saja, seperti biasa, saya sering tidak yakin darimana harus memulainya. Yaaah....Kita lihat saja, seberapa jauh tulisan ini bisa bercerita. Cerita atas sesuatu yang tidak muluk-muluk, tentang SESUATU yang “Tak jauh dimata, tetapi (sayangnya) tak dekat dihati”.

Let’s start with this:
Sahabat, izinkan saya mengingatkan anda bahwa anda tidak perlu ragu sedikitpun untuk berhenti membaca tulisan ini jika memang sama sekali jelek, kerena ini pasti akan menyiksa Anda.

Tulisan ini tentang kampus kita, kampus yang entah sejak kapan Anda semua mengenalnya. Kalau saya sendiri, jujur saja, baru mengenalnya sejak saya “didepak” dari SMA, saya baru benar-benar mengetahui bahwa saya ada di dalamnya bersama lebih dari 4.000 manusia lain, saya baru tahu bahwa Dekan itu istilah untuk pemimpin fakultas, dan pemimpin universitas disebut Rektor, dan saya juga baru tahu beberapa waktu setelah itu bahwa ada istilah ‘keren’ untuk menyebut manusia yang ribuan itu, supaya lebih singkat, yaitu “Civitas Akademika”.

Ketika masih duduk di bangku SMA dulu... (haahaaa....Penggunaan kalimat ‘sempurna’ barusan, jelas sekali merupakan trik murahan dari seorang penulis ‘cap sambal terasi’ yang berusaha agar tulisannya terlihat panjang. Saya melompat aneh ke pembahasan ini, karena saya ingin agar anda memaklumi saya jika tulisan ini (dan tulisan-tulisan saya yang lain) tidak tersusun dalam kata-kata yang diuntaikan dan berbait dengan sempurna. Karena saya tidak ingin masuk dalam kategori penulis berlogo ‘sambal terasi’ tadi. “(^_^)‘Alay.com”. Saya lebih suka jika tulisan itu berisi sesuat yang ‘exactly straight up to the point!’. )... Saya tidak pernah cukup banyak memikirkan tentang Universitas Lambung Mangkurat ini, saya hanya memikirkan hal-hal yang lebih sempit, tentang kenyataan bahwa saya memiliki cita-cita, saya perlu menyatakan ‘cukup!’ dengan pendidikan saya di SMA saat itu dan mulai menetapkan pendidikan tingkat lanjut macam apa yang harus saya ‘nikmati’ untuk menggapai cita-cita itu, tetapi saya tidak pernah membuat suatu keputusan pasti tentang “siapa atau apa” yang nantinya akan dengan sangat baik sekali, bersedia memberikan saya tempat untuk mendapatkan ilmu untuk mencapai cita-cita saya tadi. Kampus saya nantinya. Memang tidak ada yang salah atas apa yang saya lakukan tadi, karena saya yakin sekali bahwa bukan hanya saya saja yang dulu tidak menetapkan pilihan kepada suatu kampus, sebagai peraduan lanjutan setelah lulus SMA. Saya yang tidak cukup pandai ini, dulu berangan-angan untuk bisa kuliah “ITG”, “UDM”, “Unigraw”, bahkan “UE”... Anda juga kaaan???
(*Ga’ boleh sebut merek kampus lain, ntar kena biaya royalti, saya toh sekarang hanya cinta kampus saya saja, tak mau ‘selingkuh’, meskipun nanti toh harus ngelanjutin studi ke universitas lain... Nanti aja, waktu udah kuliah disana aja saya bikin tulisan tentang kampus itu.<(n.n’))

Sekali lagi...Tidak ada yang salah dengan kenyataan bahwa dulu saya, anda dan mereka tidak benar-benar merencanakan berada di kampus ini sejak awal, karena kita semua sejak lahir sering dibisikkan untuk menggantung cita-cita setinggi langit, dan wajar saja kalau kita ingin berada di kampus-kampus yang kata orang-orang “lebih mentereng kayak kelereng di atas seng.^_^”.
Sahabat..... Kita semua berada di sini, di kampus ini, karena Kita berhasil mengungguli sahabat-sahabat kita yang lain, yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan.... Yang sebenarnya ingin sekali ada di posisi kita saat ini.

Dan lagi, sahabatku....Intinya disini adalah, kita semua harus sadar bahwa sekarang, saat ini, kampus inilah rumah kita. Civitas Akademika yang jumlahnya ribuan itu adalah keluarga baru kita, meskipun kebanyakan dari kita tidak saling mengenal, tetapi kita keluar masuk dari ‘pintu rumah’ yang sama. Sudah menjadi keharusan bagi kita semua untuk berhenti tidak peduli dengan kenyataan-kenyataan bahwa kita harusnya bisa memberikan sesuatu kepada rumah dan keluarga baru kita ini, bukannya semata-mata hanya mengambil semua yang bisa disediakan “rumah” ini untuk kita.

Berikanlah sesuatu. Sesuatu yang kecil, tidak perlu sesuatu yang muluk-muluk. Renungkan ini, “ Sebuah Pintu Baja yang besar, bisa membuka dan menutup hanya karena dua Engsel kecil, bukan?!”. Anda semua tentu saja bisa menentukan sendiri, hal sekecil apa sebenarnya yang bisa anda berikan untuk Kampus anda ini, terlepas dari kenyataan-kenyataan bahwa Anda tidak cukup mengenali kampus ini; anda tidak mengenal orang-orang yang setiap hari berjalan hilir-mudik di sekitar anda (terlebih lagi orang-orang lain di fakultas berbeda; anda belum hapal nama lengkap dosen A, B, Z, apalagi tabiat mereka masing-masing; anda tidak mengerti kenapa Anda membayar iuran F, G, M; dan bahkan Anda sampai saat ini masih tidak habis pikir atas beberapa diantara teman-teman Anda mau repot-repot membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk sesuatu dengan nama yang anda anggap konyol “organisasi kampus”... Semua ketidakpedulian akan rumah dan keluarga baru Anda itu, harusnya sudah berhenti Anda pelihara sejak pertama kali Anda semua mengenakan Almamater Kuning beberapa waktu yang lalu. Saat Rektor Anda menyatakan bahwa anda semua, yang berdiri hari itu, di lapangan itu, dengan semua kesederhanaan dalam upacara itu, secara resmi dinyatakan sebagai Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat tercinta ini.

Sahabat... Saya harus ingatkan ini kepada Anda sebelum kita semua lupa, bahwa disamping tanggungjawab kepada diri sendiri serta kepada Orang Tua untuk menggapai cita-cita ini, kita semua juga bertanggungjawab untuk menjadi anggota terbaik dari keluarga besar ini, keluarga besar Civitas Akademika Universitas Lambung Mangkurat. Anggota keluarga yang tidak hanya sibuk memikirkan dirinya sendiri. Kita semua harusnya bisa menguatkan Unlam dengan menghilangkan sikap-sikap tidak peduli dan membangun kembali semangat kekeluargaan, kebersamaan dan kebanggan atas siapa kita saat ini. Salah satu dari Civitas Akademika Unlam.

Mungkin tulisan ini tidak akan berarti banyak jika yang kebetulan membacanya adalah seseorang yang memang tidak pernah mau peduli dengan sesuatu yang tidak ada untungnya bagi dirinya sendiri, saya toh juga tidak repot-repot membuat tulisan ini untuk orang-orang seperti mereka, tujuan saya tentu saja untuk sesuatu yang lebih beralasan, lebih berprospek. Saya tentunya, melalui tulisan ini, berharap tulisan ini bisa berarti sesuatu. Sesuatu yang mungkin hanya akan bisa memberikan sebuah inspirasi revolusioner untuk menyadari kenyataan-kenyataan bahwa universitas ini tidak akan mungkin bisa menjadi kuat jika para “civitas akademika” yang harusnya bisa menjadi pemersatu semangat untuk membangun Unlam, justru menjadi pribadi-pribadi pragmatis, intoleran dan masa bodoh satu sama lain. Saya memerlukan orang-orang yang mau membangun Unlam, tidak perlu dengan cara meminta orang tuanya yang seorang pengusaha besar untuk menyumbang sekian Milyar Rupiah untuk kampus ini, tidak... Tidak perlu se’alay itu. Melainkan cukup dengan bersikap peduli satu sama lain, peduli dengan segala yang terjadi di kampus ini, dan berhenti bersikap masa bodoh terhadap segala sesuatu yang tidak ada untungnya bagi dirinya sendiri.

Mungkin tulisan ini tidak akan berarti banyak jika yang kebetulan membacanya adalah seseorang yang memang tidak pernah mau peduli dengan sesuatu yang tidak ada untungnya bagi dirinya sendiri, saya toh juga tidak repot-repot membuat tulisan ini untuk orang-orang seperti mereka, tujuan saya tentu saja untuk sesuatu yang lebih beralasan, lebih berprospek. Melalui tulisan ini, saya tentunya berharap semoga ini bisa berarti sesuatu. Sesuatu yang mungkin akan bisa memberikan sebuah inspirasi revolusioner untuk menyadari kenyataan-kenyataan bahwa universitas ini tidak akan mungkin bisa menjadi kuat jika para “civitas akademika” yang harusnya bisa menjadi pemersatu semangat untuk membangun Unlam, justru menjadi pribadi-pribadi pragmatis, intoleran dan masa bodoh satu sama lain. Rumah ini memerlukan orang-orang yang mau membangun Unlam, tidak perlu dengan cara meminta orang tuanya yang seorang pengusaha besar untuk menyumbang sekian Milyar Rupiah untuk kampus ini, tidak... Tidak perlu se’alay itu. Melainkan cukup dengan bersikap peduli satu sama lain, peduli dengan segala yang terjadi di kampus ini, dan berhenti bersikap masa bodoh terhadap segala sesuatu yang tidak ada untungnya bagi dirinya sendiri.

Jika Unlam yang ditakdirkan terbagi menjadi 2 fragmen, kampus Banjarbaru untuk ilmu eksaksta, dan kampus Banjarmasin untuk ilmu sosial (kecuali FKIP dan Program Studi Ilmu Kedokteran yang sebentar lagi kabarnya akan pindah rumah dengan lokasi gedung perkuliahan di belakang “Kuta Mall”, Banjarmasin), sebagai sebuah masalah yang sangat besar, masalah yang menyebabkan Unlam tidak bisa tumbuh dan berkembang sehebat “UDM”, “ITG” “dan kawan-kawan”. Haduuu,......Sempitnya pemikiran itu, Kawan!
Kita bisa! Bisa sehebat mereka, dan kita semua bisa turut memberikan sumbangsih untuk bisa mewujudkan hal itu.
Sering sekali teori menyebutkan bahwa “Yang paling penting, menguatkan internal dulu. Kalau sudah, baru melangkah ke eksternal”.
Jika teori tadi anda anggap tidak sedikitpun ada hubungannya dengan rencana kita semua untuk membuat Unlam bisa berada setara dengan universitas-universitas ‘parlente’ di Indonesia, anda salah kawan!

Here we go...Meskipun pembangunan fisik dan material merupakan faktor penting, tapi hal itu bukanlah satu-satunya faktor penting.
Bagaimana mungkin, sebuah keluarga bisa sejahtera jika setiap anggota keluarga didalamnya saling bersikap masa bodoh, mana mungkin rumah bisa tetap bersih dan berdiri kokoh sehingga nyaman ditinggali jika orang-orang didalamnya hanya tahu menggunakan tanpa tahu cara merawat, membersihkan dan memperbaiki, dan bagaimana mungkin bisa sebuah rumah dibangun untuk menjadi lebih baik dan lebih besar jika semua anggota keluarga yang ada di dalamnya hanya menggunakan kemampuan atau rejeki yang dimilikinya untuk dirinya sendiri, tidak untuk rumahnya ataupun keluarganya yang lain (yang saya maksud kemampuan dan rejeki di sini bukan hanya sesuatu yang bersifat materii segi materi, tetapi juga sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih kecil, lebih sederhana, apapun bentuknya, selama itu merupakan sesuatu yang bukan “keegoisan dan sikap tidak tahu menahu”, itu adalah sumbangan yang kita semua bisa berikan untuk membuat rumah kita, kampus ini, menjadi kampus yang kuat dan bermartabat.

Hal-hal kecil bisa memberikan efek yang lebih besar...
Jika semua Civitas Akademika Unlam bisa bersatu dalam semangat kebersamaan, kekeluargaan dan kecintaan terhadap kampus ini... Saya yakin, Unlam akan terus menerus menjadi lebih baik.

Tanya bagaimana...?!
Resapi lagi isi tulisan ini, maka kalian akan tahu jawabannya.

“Always dare to think outside the Box...But don’t get it way too far... Coz’, it’s also important to kept away from getting out of your mind”

Sekian kata sambutan ini, atas perhatian nya saya ucapkan terima kasih, apabila ada kekurangan ataupun ke’khilaf’an, saya mohon maaf.
(Lho.....?!)
(0_o’)

Banjarbaru, 2 April 2010
@ 01.30 AM

2 comments:

  1. kampus q rumah q
    asrama q rumah q

    banyakx punya rumah....

    akhirx ngeblog jg...tukeran link bro...
    ini link q, http://tguh88.wordpress.com/

    ReplyDelete