Yƍkoso min'na....!!!!! \(n_n)/

I'm honored for your visitation to this ordinary blog of an ordinary man.

Any story in this site expresses to you all about my thoughts, how I see this mother earth, how I amazed by peoples, love, and anything inside it.

How I appreciate everyone of you, to be part of my great world, my great life, and my great dreams.

Wednesday, September 9, 2009

Mengubah Dunia (Bagian I)

Entah berapa banyak orang yang memiliki impian untuk dapat mengubah Dunia. Hanya saja, yang aku tahu pasti, aku adalah salah satu diantaranya.

Manusia kecil ini merasa impian itu bukanlah sesuatu yang mustahil,dan terlihat keren jika nanti kusampaikan pada kesempatan-kesempatan tertentu, ulang tahunku misalnya, sehingga aku meletakkannya pada urutan teratas dari impian-impian lain di kepalaku, dan tercatat dengan “rapi” pada buku kecil coklat tua pemberian ayahku. Awalnya hanya 9 macam, sekarang, seiring perjalanan hidupku, jumlahnya menjadi seperti sekarang, satu impian utama, dan sembilan puluh sembilan impian kecil-kecil, itu pun, selalu saja beranak-pinak.

Keluargaku, Ayah, Bunda dan Kakakku... Tidak pernah melarangku untuk berimajinasi,  setinggi-tingginya imajinasi, tidak akan memberikan efek buruk padaku. Mereka percaya, hal itu akan menciptakan kebaikan untuk ku, suatu saat, dengan caranya sendiri.

Impian kecil anak manusia yang masih takut tidur sendirian, jarang sekali bonafit, tapi impian-impianku, terutama yang nomor 1 itu, entah sebutan apa yang paling layak untuknya. Tentu saja jauh diluar bonafit, mungkin tepat disebut “Mewah”. Yaa.... Mewah! Luxurious! Briliant! Impianku, mewah sekali. Merubah dunia!

Pemilik impian itu, adalah makhluk yang saat impian itu pertama kali muncul dikepalanya, masih dengan sangat bangga mengenakan mahkota dari karton, ditambah properti berupa pedang plastik yang ujungnya bengkok karena terlalu sering berperang dengan Naga penyembur api, yang tak lain dan tak bukan hanyalah kakakku yang mengenakan sarung menutupi kepalanya sambil bermain game di depan televisi. Kakak ku yang terpaksa bermain dengan “start-pause-start-pause”, demi meladeni adik kecilnya  yang sesekali muncul dari belakang sofa ruang keluarga untuk menebas leher “sang naga” sambil berteriak, “ Telliiimaaa iniii, Naga Melaaaah!!”.  Yaa... Aku yang sedendam itu dengan “Naga Merah”.


Tapi kalian harus tahu bahwa, impian-impian yang terus bertambah itu, tidak pernah menggeser impian nomor 1 milikku. Mengubah Dunia. Si Mewah dan Brilian. Karena impian itu, benar-benar tidak pernah gagal membuatku menunda tidur selama lima menit tiap malam, memikirkan seperti apa caranya. Sedangkan, impian-impian lainnya yang 99 macam tadi, satu demi satu, sedikit demi sedikit terwujud.

Kalian perlu tahu, impian-impian kecil itu, semuanya hebat-hebat!

 

Nomor 96: Membunuh Naga Merah. (Berhasil, Senin sore, 27 Mei 1991)

 

(Berhasil karena memang pada sore itu, kakak dilarikan ke dokter karena matanya terkena pedang palsu-ku. Sejak itu, tak ada lagi Naga Merah.

Bunda yang selalu naik pitam saat melihat aku memegang “Pedangku” sambil mengintai kakak di balik Sofa. Kakak tidak, dia hanya tersenyum, padahal matanya pernah hampir buta)

 

Nomor 89: Menang main ular tangga melawan Iwan. (Berhasil, Minggu, 7 Juli 1991)

 

(Tidak ada kecurangan, tidak ada tragedi apapun, hanya menang! Menang dengan sendirinya saat dadu ku memunculkan angka 4. Tapi tetap saja, itu hari bersejarah bagiku)

 

Nomor 66: Dapat hadiah 17-an (Berhasil, Sabtu, 17 Agustus 1994)

 

(Waktu itu, dengan luar biasa, si Roby yang sudah hampir mencapai finish lebih dulu, (aku di urutan kedua) menjatuhkan kelereng di atas sendok yang digigit “tonggos”nya, gara-gara Sinta (Adiknya yang umurnya belum ganjil 5 tahun) tiba-tiba muncul dan mencoba memeluk kakaknya. Tak perlu kronologis lebih lanjut, intinya: Maka, jadilah aku pemenangnya)

 

Nomor 90: Punya kelereng satu kaleng biskuit. (Punya, Sabtu, 14 September 1991)

 

(Bukan karena jago, tapi lebih karena keberuntungan... Saat itu, Ayah meminta Kakak untuk membantunya membenahi gudang. Diantara tumpukan barang ini-itu, kakak menemukan kelereng yang dulu adalah “harta” miliknya di dalam kaleng biskuit. Akulah pewaris tunggal pada saat itu. Hanya saja, jumlahnya tak sampai 20 sebulan kemudian. Kakak hanya tersenyum mengetahui hal itu. Dia adalah kakak terbaik sedunia! Percayalah.)

 

Sekarang usiaku hampir 7 tahun. Malam ini, sebagimana biasanya, diakhiri dengan 5 menit berimajinasi, membayangkan rencana-rencana apa saja yang bisa kulakukan untuk merubah dunia. Dunia dimataku saat itu, saat umurku bahkan belum ditulis dengan dua digit, terlalu mengerikan. Sebentar-sebentar muncul monster, untung ada superhero yang berhasil mengalahkan mereka. Hanya saja, aku yakni, pasti akan tiba saat dimana mereka berhasil dikalahkan monster-monster itu. Mungkin, saat itulah aku akan bisa mewujudkan impianku. Aku akan merubah dunia dengan, menyelamatkannya dari Monster! Aha... Besok  Aku akan bertanya kepada Bunda, sejauh apa Jepang dari rumahku. Dunia perlu dirubah dengan menghentikan kemunculan monster-monster itu... Sumbernya dari Jepang. Mereka sering muncul di sana. Aku takut mereka muncul di Indonesia tak lama lagi. Jadi Aku akan cari sumbernya, di suatu tempat di Jepang. Juga di Amerika. Hanya saja, moster dari Amerika sudah bisa ditangani oleh jagoan yang berlima itu. Mereka bahkan punya robot hebat. Tak perlu pikirkan Amerika. Toh Jepang lebih dekat dengan Indonesia. “Sesama di benua Asia” kata Kakak.

Sekarang, waktunya tidur. Banyak pertanyaan yang harus dijawab Bunda, Ayah dan Kakak besok. Bu guru juga. Beliau pernah menyebutkan Jepang beberapa kali waktu mengajari kami cara melipat kertas dan membentuknya menjadi kodok aneh.                                                                      

          ******

 

Hari-hariku selalu dipenuhi dengan kebahagiaan, suka cita, pengalaman dan imajinasi! Semakin bertambah umurku, semakin banyak impian-impianku terwujud. Impian ku yang terwujud baru-baru ini adalah....Diperbolehkan bermain layang-layang menggunakan benang gelasan. Dulu, hal itu mustahil. Mulai sekarang, tidak lagi. Aku lagi-lagi bahagia telah mewujudkan impian, meskipun sebenarnya bukan aku yang mewujudkan, melainkan Bunda....  Kuharap kalian juga.

Kalian ingin tahu sebuah rahasia? Rahasia yang akan membuat kalian mungkin bisa sedikit menyaingiku. “Buatlah impian-impian baru sebelum tidur setiap hari, jika kalian belum mengantuk. Atau paling tidak, pikirkan cara untuk  mewujudkan impian kalian yang pernah gagal. Karena, impian-impian lah yang membuat bumi ini terus berputar”. Ayahku hebat bukan?! Rahasia itu pernah dibisikkannya kepadaku saat membaca buku kecil pemberiannya.

Seiring kedewasaan, yang sebenarnya tidak kuharapkan, aku mulai menemukan sebuah fakta... Umurku sekarang ditulis dua digit, 10 tahun, dan aku sekarang tahu bahwa Monster yang ada di Televisi itu, jauh sekali dari nyata! Semata-mata hanya tipuan, berupa kostum sinting yang dikenakan oleh manusia yang tidak lebih besartingginya dengan Ayah! Padahal, di televisi, gedung yang lebih tinggi daripada menara masjid di komplekku, hancur ketika diinjaknya. Berikut pula jagoan idolaku, yang kuanggap luar biasa karena bisa menjadi raksasa, sebesar monster pengacau tadi, dengan mengacungkan remote control di tangnnya, kostumnya menjadi merah-biru. Ternyata, monster tidak ada. Bukan yang ada di Televisi, tidak ada di Jepang. Dulu, aku menetapkan diriku sebagai pendukung pahlawan ku dari jepang, karena aku merasa kasihan, dia berjuang sendirian. Jagoan dari Amerika yang kostumnya warna-warni itu, kupikir cukup kuat melawan Monster. Mereka berlima. Tak butuh dukunganku. Tapi sekarang, saat aku tahu tak ada Monster di Jepang, aku punya jagoan baru. Berlima dari Amerika yang melawan moster-monster dengan robot mereka. Yang membuatku takut sekarang hanya monster dari Amerika.

Berarti, nanti Aku akan pergi ke Amerika untuk merubah dunia. Setahuku, cukup dengan menghancurkan markas musuh, monster di Amerika akan berhenti muncul. Kata Kakak, di Amerika, harus hati-hati dengan orang Indian. Mereka ramah, tapi tidak mengeri bahasa inggris.

 

 

******

 

 

Anything Goes Like We All Hope (Testimoni Rakoorwil 4 ILMMIPA)

Jelas sekali, sebagai yang “dilayani”, kami perlu menyampaikan ribuan pernyataan terimakasih atas apa yang telah teman-teman panitia Rakolwil IV ILMMIPA lakukan sehingga tak seorangpun dari kami (para delegasi peserta) yang layak memberikan kritik berlebih dari usaha-usaha brilian yang panitia terus upayakan dalam kegiatan tahunan ini.

 

Mari kita mulai testimonial ini dari sudut pandang saya, Muhammad A. Renaldi, Ketua BEM FMIPA UNLAM 2009-2010.

Sebagai organisasi mahasiswa yang baru pertama kali bergabung dalam ikatan keluarga istimewa ini, BEM FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan merasa sangat terhormat bisa berada di tengah-tengah kekompakan dan rasa kebersamaan yang ditunjukkan oleh para peserta lain yang berhadir dalam Rakolwil IV tahun ini. Meskipun tidak sedikit dari kami yang merupakan peserta perdana, tapi toh, tidak perlu waktu lama untuk saling mengakrabkan diri. Bahkan, saya sendiri yakin, bahwa tidak pernah muncul sikap saling jaga image (Jaim) antara kami (para delegasi  pria).

 

Bisa mengenal pribadi-pribadi luar biasa sekaligus belajar dari mereka, tentu saja merupakan pengalaman yang saat tulisan ini saya buat, tak henti-hentinya hati dan mulut ini tersenyum simpul. Mengingat keluarga-keluarga baru ku yang rata-rata memiliki kepribadian lebih dari satu. Sering sekali saya beranggapan bahwa, perlu tindakan lebih dari sekedar berjabat tangan untuk memulai segala sesuatu dengan orang yang baru dikenal… Sekarang, dengan referensi mutlak, yakni pengalaman sendiri, hal-hal seperti SKSD (sok kenal sok dekat) juga perlu diaplikasikan, karena sering sekali, segala sesuatu yang terlalu formal, tidak terlalu berkesan bagi kebanyakan orang. Saya sendiri, sering telah melupakan nama orang yang baru 15 detik lalu berjabat tangan dengan saya. Sebagai manusia, kita memang dituntut untuk siap bermoderasi kapanpun.

 

Belum lama bertemu, kami sudah tahu pasti, bahwa ada satu manusia yang luar biasa orisinil gaya bicaranya, dengan kelugasan-kelugasan opini yang selalu dititikberatkan pada kata-kata akhir berbunyi solusi kreatif, inovatif dan solutif!

 

Seiring dengan waktu, semakin bermunculan sifat-sifat personal yang sekali lagi, tidak pernah coba ditutup-tutupi. Bagaimana tidak, belum apa-apa, sudah ada teman kami yang mendeklarasikan diri sebagai “pemicu konflik”, bahkan pada detik-detik kritikal, dengan luar biasa, membuat mendidih kepala ketua BEM tuan rumah, dengan menginjak-injak sertifikat kegiatan yang notabene bisa diibaratkan sebagai harga diri panitia penyelenggara karena berhiaskan Stempel Lembaga tertinggi Kampus (Stempel Fakultas) serta lembaga tertinggi mahasiswa sekaligus (Stempel BEM). Bahkan, seandainya saat itu yang bersangkutan berhasil mendapatkan pemantik api lebih cepat (sebelum saya membisiki bahwa itu jelas “lelucon yang bodoh sekali”), maka habislah sertifikat tadi menjadi abu.

 

Peserta sidang yang berani menentang presidium dengan serta merta bernyanyi sebelum diizinkan, gumpalan kertas yang dilemparkan kepada presidium sidang I, serta air mata yang menetes akibat emosi yang terlampau menguap, merupakan ekstrapolasi kurva sidang yang biasanya membosankan. Nampaknya, menjadi presidium sidang ditengah-tengah kebrutalan fantastis ini, merupakan pengalaman yang pantas untuk diceritakan kepada sahabat-sahabatku sekalian. Untungnya, tidak benar-benar ada kursi yang dilemparkan ke meja sidang, meskipun beberapa kali terlontar dari para peserta.

 

Segala kebrutalan itu, merupakan skenario yang kami (para delegasi pria) susun, untuk memberikan kenangan yang tak terlupakan, tanpa sedikitpun maksud untuk mempermainkan sidang yang terhormat ataupun panitia yang luar biasa tadi.

 

Intinya, kesan manis sudah terasa sejak awal kebersamaan kita, semakin mengikat sepanjang waktu, hingga menorehkan kata-kata tak terungkapkan tentang aku, kamu, dan kita.

Senang mengenal kalian semua, sahabat!

 

Scripta manent, verba Volant!

 

 

Surabaya, 25 Juli 2009

@ 07.28 pm